Jumat, 03 Februari 2012

Cerita Di Balik Secangkir Kopi

“Apa yang kita konsumsi dengan pengetahuan yang kita miliki
kadang-kadang ada yang sinkron juga tidak,
artinya ini akan berhubungan dengan kesadaran kita
sebagai manusia dalam mengkonsumsi sesuatu”.(Rosihan Fahmi)


    Agenda pertama KOPHILOSOPHIA yang diselenggarakan pada Rabu 1 Februari 2012 terbilang meriah. Kedatangan teman-teman dari berbagai profesi untuk membicarakan hal ihwal kopi dari jenis kopi, sejarah kopi, nama-nama kota dengan ciri khas tersendiri untuk menikmati kopi, semuanya berbicara tentang kopi.
    Sekitar pukul 5 sore itu, setelah audiens yang datang mendapatkan tempat duduknya, Rosihan Fahmi, Tukang Filsafat keliling, membuka acara dengan prolog dan cerita singkat tentang KOPHILOSOPHIA. Kemudian Barista KOPIKAMU menyuguhkan prolog sekaligus ucapan selamat datang kepada para pengunjung. Lalu sentuhan denting gitar akustik dari mas Prawoto menjadi pengantar ke gerbang pintu diskusi yang santai tapi serius.
    Rosihan Fahmi memulai dengan cerita tentang sampeunya.“Ketika apa-apa yang kita konsumsi dengan pengetahuan yang kita miliki kadang-kadang ada yang sinkron juga tidak, artinya ini akan berhubungan dengan kesadaran kita sebagai manusia dalam mengkonsumsi sesuatu”. Pernyataan akhir yang ilmiah dan filosofis. Seorang audiens kemudian menceritakan tentang pengalaman bersama secangkir kopi. Baginya bukan kadar kafein, inspirasi, ketenangan yang dikejar tapi ada sensasi, bukan sensasi rasa, melainkan dampak psikis yang membuat hari pas buat berkegiatan.
    Konon biji kopi itu sendiri berawal dari bahasa arab, kohwah, yang arti dalam bahasa indonesia itu kekuatan yang kemudian banyak anggapan bahwa kopi itu adalah salah satu minuman penambah tenaga. Iman Abda, pegiat radio komunitas indonesia, menceritakan istrinya sebagai penikmat kopi. Bagi istrinya kopi itu tidak langsung diseduh penuh satu gelas tapi di kasih air sedikit lalu diaduk dan kemudian ditambah lagi air.
    Indra, seorang mahasiswa tingkat akhir dan pengopi yang pasrah, mengatakan bahwa kopi itu ibarat pamajikan(istri) dan tanpa ngopi dia menjadi bete. Karena kepasrahan itu dia meminum segala macam kopi, mau kopi sachet ataupun kopi tiis.
    Banyak dari para tamu yang menceritakan pengalaman kopi dalam keluarganya seperti Diecky, seorang komposer musik. Bagi keluarganya kopi itu adalah wajib. Dari secangkir kopi kedekatan antara orangtua dan anak itu semakin erat. Seseorang yang tadinya tidak terlalu dekat bisa jadi lebih dekat dan lebih leluasa menceritakan apapun.
    Giliran Heru Hikayat, kurator seni rupa internasional, bicara. Katanya, bagi orang Sunda istilah kopi tidak selamanya bermakna minum kopi. Istilah ngopi bisa juga bermakna ngemil. Ia juga menceritakan pengalamannya dalam satu project, yaitu 24 hours project. Di mana dia bersama beberapa temannya berdiam diri dalam satu ruangan selama 24 jam dan membicarakan segala hal sampai silsilah keluarga.  Sungguh luar biasa khasiat kopi bagi manusia. Moh. Safari Firdaus, film maker sekaligus sastrawan, menjadikan kopi sebagai pemacu kreatifitas sampai-sampai sebelum dia memulai kegiatan atau berbaur dengan kelompok diskusi kopi-lah yang pertama kali ia sapa. Adapula sensasi lain dari sekedar ketenangan, inspirasi, dan mempermudah pencernaan, yaitu getaran halus di tubuhnya. M. Iqbal, dosen psikologi UNPAD, merasakan sensasi tersebut. Ia bisa merasakan segala sesuatu itu sangat detail setelah meminum kopi.
    Bagi seorang Barista sebagus dan sekental apapun kopi tidak bakal menjadi spesial buat seseorang kalau suasana tempatnya ngopi itu tidak mendukung, dengan kata lain suasana pun menjadi penentu bagi kita untuk mendapatkan khasiat kopi yang luar biasa itu. Dari pendapat tersebut kita sepertinya harus sedikit teliti untuk memilih coffe shop atau kedai kopi. Bisa jadi rencana kita untuk melakukan sebuah kegiatan di tempat-tempat ngopi itu jadi amburadul.
    Sensasi yang menjadi pengalaman para audiens saling mengisi dan memberi pengertian baru. Ternyata kafein yang terkandung dalam secangkir kopi tidak selamanya membuat seseorang kehilangan rasa ngantuk, tidak selamanya memberi inspirasi, juga tidak selamanya merusak kesehatan. Kadang kopi membuat kita lebih jujur dalam mengungkapkan sesuatu, lebih tenang dalam menjalani hari.
    Lewat secangkir kopi yang diteguk para audiens diajak berkeliling dari aceh, lhoksemawe, timor-timur, belitong, bahkan arab dan itali. Diajak merasakan kembali peperangan di ethiopia. Diajak menyelami sensasi yang belum kita sadari. Diajak menyelami kopi yang “sehangat cinta dan sepahit maut”, begitu kata Heru Hikayat.
(Zidni Arfia Rahman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar