Sabtu, 12 Mei 2012

IKATAN

 Agenda Diskusi 20 juni 2012

(1)    
Sekitar lima tahun lalu, ketika salah satu om saya meninggal, saya meminta izin kantor untuk meninggalkan pekerjaan saya pada hari itu agar bisa melihat jasadnya untuk terakhir kali dan menghadiri pemakamannya. Tidak hanya saya, keluarga yang tinggal di seberang lautan pun berusaha semaksimal mungkin untuk datang; mencari dan memesan tiket pesawat dengan jadwal tercepat, takhirau meski biaya tiket yang dikeluarkan dua kali lipat harga jika memesan jauh-jauh hari. Keluarga yang masih memiliki anak kecil, jika sang anak tidak dapat dibawa serta, berupaya mencari sahabat atau kolega dimana ia dapat menitipkan anaknya sementara ia sedang melayat sang om. Singkatnya, kami, dari segala penjuru, berkumpul di rumah om pada hari itu untuk melihatnya terakhir kali, mendoakan,dan menghibur istri dan anak yang ditinggalkan. Sebab kami merasa memiliki ikatan kekeluargaan.

(2)      
Ketika kita dilahirkan ke dunia ini, senyum indah menyertai kita. Tiada kata yang dapat terucapkan selain senyum gembira melihat keajaiban yang begitu besar ini. Mimpi, harapan, dan cita-cita pun tersirat untuk kita di dalam hati orang tua. Pengorbanannya sangat luar biasa membesarkan kita. Seluruh keringat dan lelahnya hanya untuk kita. Saat kita lahir, separuh nyawa dikorbankannya untuk menghadirkan kita ke dunia. Ini adalah kalimat pembuka sebuah rekam gambar yang berjudul “Pengorbanan Ibu saat Melahirkan hingga Anaknya Dewasa”. Cerita tentang para ibu yang tetap mencurahkan kasih sayangnya pada anak, bagaimanapun perilaku anak itu terhadapnya, adalah cerita nyata yang selalu mengharukan. Pengorbanan itu tidak hanya hadir, namun juga diiringi dengan senyum tulus. Mengapa itu bisa terjadi? Mungkin, karena adanya ikatan darah.

(3)    
Di antara sejumlah kawan yang pernah hadir dan mengisi hari-hari kita, mungkin ada beberapa kawan yang kehadirannya memiliki makna lebih dalam dibanding yang lainnya. Bersama mereka, kita dapat berbagi cerita hingga rahasia apapun.  Bersama mereka, ada perasaan nyaman yang tidak didapatkan bila bersama kawan-kawan yang lain. Hubungan ini biasanya kita namai dengan ikatan persahabatan.

(4)
Dua orang yang memiliki ketertarikan satu sama lain, lalu masing-masing melihat ada “masa depan” di mata  yang lainnya, bersepakat “menyatukan diri” melalui ikatan pernikahan.

***
Kata ikatan juga kerap dipakai untuk nama perkumpulan, seperti ikatan dokter Indonesia, ikatan akuntan Indonesia, ikatan alumni (unpad, itb), dan lainnya. Bila dalam KBBI kita mendapati definisi “ikat” adalah tali (benang, kain, dsb) untuk mengebat (menyatukan, memberkas, menggabungkan), dan “ikatan” adalah adalah (sesuatu) yang telah diikat; cara mengikat , lalu, apa makna “ikatan” dalam hubungan antar manusia? Mengapa manusia mau terikat atau mengikatkan diri dalam “ikatan”? Apa dampak dari adanya “ikatan” ini? Haruskah “ikatan” itu ada? Apa bedanya “ikatan” dengan “belenggu” yang memiliki definisi sesuatu yang mengikat (KBBI)? Mengapa dinamai dengan "ikatan", mengapa bukan "belenggu" (belenggu kekeluargaan, belenggu darah, belenggu pernikahan, dst)? Apakah "ikatan" itu berlawanan dengan "kebebasan"? Atau justru berlawanan dengan "perpisahan"? Lalu, jenis ikatan apa saja yang kamu sekarang ada di dalamnya? Apakah kamu merasa mengikatkan diri atau terikat (baca: terjebak) dalam ikatan itu?

Salam,


Ananda Putri Bumi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar